Minggu, 14 Oktober 2012

MARKETING POLITIK


Istilah marketing sering kali orang berpikiran langsung tertuju pada kegiatan ekonomi lebih spesifik lagi pada proses perdagangan produk yang dijual oleh pedagang untuk memenuhi kebutuhan konsumen,. yang terbayang pada benak seseorang bahwa marketing itu kegiatan manusia  di lingkungan pasar. Hilir mudik barang yang didistribusikan dari hulu sampai ke hilir, serta kegiatan transaksi pembayaran  keuangan sebagai bukti pembayaran. Dengan memahami pemasaran/marketing orang akan mampu menyampaikan atau menjual barang / produk kepada konsumen yang membutuhkan. Begitu pula dalam kegiatan politik, marketing tidak dapat dipisahkan dalam kegiatannya. Sebagai contoh dalam pemilihan gubernur yang spektakuler, yaitu pemilihan gubernur DKI Jakarta. Dalam prosesnya calon gubernur itu yang berhasil menjadi pemenang, ternyata tidak terlepas dari kegiatan marketing, namun marketing yang digunakan adalah marketing politik.
 

Sebagai mana dilansir dalam http://wartaekonomi.co.id/berita5607/marketing-politik-jitu-ala-jokowi.html  yang menyatakan bahwa hasil elektabilitas yang luar biasa yang diperoleh oleh Jokowi secara "sains" adalah sebuah keberhasilan proses marketing politik yang jitu.  Keberhasilan Jokowi-Ahok dalam pilgub DKI berhasil terus diolah oleh timses mereka menjadi sebuah prosesi pencitraan yang berkelanjutan. Diutarakan pula bahwa Secara lebih rinci sesungguhnya strategi marketing politik timses Jokowi - Ahok tersebut dapat terurai sebagai berikut ;
  • Mampu secara konsisten memperbesar cakupan wilayah pemilih dengan konsisten dan dengan biaya politik yang relatif rendah.
  • Mampu  menjaga konsistensi program "word of mouth" dan terus mendorong setiap pemilihnya melakukan prosesi "customer referrals"
  • Berani melakukan investasi politik nan "bernilai" kepada komponen-komponen pendukung mereka yang secara riil berhasil melakukan perluasan "pangsa pilih". 

Dengan strategi pemasaran di atas, maka Pasangan gubernur dan wakil gubernur tersebut berhasil menanamkan persepsi kebermanfaatan, baik secara personal, produk kampanye, maupun prosesi pencitraan yang dilakukan dengan tetap melakukan "estimasi" cermat dan "berkelanjutan" atas biaya per pemilih, biaya per waktu, energi usaha yang telah dikeluarkan serta hitung-hitungan imbal hasil "psikologis" bagi setiap program kampanye yang diluncurkan. Oleh karena itu, tak heranlah bila strategi "marketing politik relasional" yang ditempuh pasangan Jokowi dan Ahok tersebut berhasil merambah hampir keseluruh jenis pemilih.

Ini membuktikan bahwa calon gubernur itu mampu untuk "membeli" kepercayaan para simpatisannya sehingga masyarakat mau dan menetapkan pilihannya pada cagub tersebut. Dari contoh di atas, membuktikan bahwa kegiatan pemasaran dapat dilakukan dalam segala bidang. maka dari itu mari kita pahami bersama tentang kajian pemasaran.  

Sebagai penekanan bahwa  Allah SWt menegaskan dalam firmannya bahwa "Sesungguhnya Alloh telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka (At Taubah:111)

Untuk lebih memotivasi untuk belajar pemasaran, berikut kami sampaikan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At Tirmidi yang artinya sabagai berikut. " Ketahuilah bahwa surga adalah barang dagangan Alloh, dan ketahuilah bahwa barang-barang dari surga mahal harganya" . Maka dari itu mari kita kaji bersama bagaimana proses pemasaran yang mampu memenuhi semuanya. 

IS-2012